Jika seorang muslim berdoa pada Allah agar diberi rizki dan diberi
keturunan, akan tetapi doanya tak kunjung pula terkabulkan, apakah
seperti itu adalah buah dari tidak diterimanya amalan?
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz ditanyakan seperti di atas. Lalu jawaban beliau rahimahullah,
Ada berbagai faktor yang menyebabkan doa tak kunjung dikabulkan. Doa
tersebut tidak terkabul boleh jadi karena jeleknya amalan, maksiat dan
kejelekan yang seseorang perbuat. Boleh jadi juga sebabnya adalah karena
makan makanan yang haram. Juga bisa jadi karena ia berdoa biasa dalam
keadaan hati yang lalai. Boleh jadi pula karena sebab lainnya
sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan dalam
hadits,
ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ
وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ
إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ
فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا.
قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ اللَّهُ أَكْثَرُ
“Tidaklah seorang
muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan
memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri
padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah
akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan
menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas
mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang
memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian.”[1]
Boleh jadi tidak
terkabulnya doa seorang hamba karena maksiat yang ia perbuat, karena
hatinya yang lalai saat memanjatkan doa, atau karena memakan yang haram.
Atau boleh jadi pula doa seseorang tak kunjung terkabul karena Allah
Ta’ala memilih yang terbaik untuknya dengan Allah mengganti apa yang ia
minta dengan yang lebih bermanfaat di surga dan akhirat kelak. Atau
bahkan Allah menggantinya dengan sesuatu di akhirat dan di surga yang
kekal. Bisa jadi pula Allah mengganti permintaan hamba tadi dengan
maslahat lainnya dengan Allah menghindarkan darinya berbagai keburukan.
Bisa jadi Allah menghindarkan darinya kejelekan tanpa ia sadari. Itulah
karena doa yang ia panjatkan pada Allah. Inilah yang terbaik sesuai
dengan hikmah Allah. Allah bisa jadi mengabulkan doanya dengan
memberikannya anak, rumah atau istri. Boleh jadi pula Allah palingkan
dari kejelekan dengan sebab doa dan mengganti dengan yang lebih manfaat
sebagaimana yang disebutkan dalam hadits di atas.
[Sumber: http://www.ibnbaz.org.sa/mat/17235]
Dalil bahwa do’a dengan hati yang lalai sebab do’a sulit terkabul,
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan
ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.”[2]
Dalil pengaruh makanan yang haram terhadap do’a,
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا
وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ
فَقَالَ ( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا
صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ) وَقَالَ (يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ) ». ثُمَّ
ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ
إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ
حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ
لِذَلِكَ
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyib
(baik). Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan
sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti
yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para
Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal
shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan
Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki
yang baik-baik yang Telah menceritakan kepada kami telah kami rezekikan
kepadamu.'”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena
jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan
berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai
Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram,
minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan
dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan
do’anya?“[3]
Jadi maksiat dan makan makanan yang haram, itu juga
adalah sebab penghalang terkabulnya do’a. Begitu pula hati yang lalai
dalam berdoa, itu pula salah satu penghalang. Atau barangkali Allah beri
kita yang terbaik dan mengganti dengan yang lebih baik dari doa yang
kita minta.
Don’t give up! Teruslah banyak berdoa dan terus introspeksi diri.
Wallahu waliyyut taufiq.
Riyadh-KSA, 4 Rajab1432 H (04/06/2011)
[1] HR. Ahmad 3/18, dari Abu Sa’id. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanadnya jayyid
[2] HR. Tirmidzi no. 3479, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan
[3] HR. Muslim no. 1015
[2] HR. Tirmidzi no. 3479, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan
[3] HR. Muslim no. 1015