Siapa tidak kenal
mi instan? Makanan ekonomis yang mudah dan cepat dibuat serta memiliki
variasi rasa yang luas. Di kala waktu terbatas dan sibuk atau sore-sore
saat hujan atau menemani nonton bola di malam hari, sajian mi instan
seringkali memang tidak tergantikan. Dan yang pasti, konsumsi mi instan
memang membuat kangen dimana pun kita berada.
Karena makanan ini termasuk makanan yang
cukup banyak dan rutin dikonsumsi luas serta sudah mendapat tempat di
hati kita semua, maka sudah seharusnya kita semua mengetahui konsekuensi
kesehatan yang mungkin terjadi ketika mengkonsumsi mi instan.
Berikut ini penjelasan selengkapnya:
1. Menyebabkan Ketidakseimbangan Nutrisi
Suatu
penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi mi instan membuat seseorang
mengalami peningkatan yang signifikan untuk zat nutrisi berikut ini:
- vitamin B1
- vitamin B2
- kalori
- lemak
- garam
Namun dilain sisi, ada beberapa zat
nutrisi lainnya yang signifikan lebih rendah dibandingkan zat-zat
nutrisi diatas dibandingkan pada orang yang tidak mengkonsumsi mi
instan, diantaranya:
- protein
- kalsium
- fosfor
- zat besi
- kalium
- vitamin A
- vitamin B3
- vitamin C
2. Memicu GERD (Gastro Oesophageal Disease)
GERD
atau Penyakit Refluks Gastroesofageal terjadi akibat naiknya cairan
lambung kekerongkongan. Hal ini disebabkan klep antara lambung dan
kerongkongan tidak berfungsi dengan baik. Penyakit ini disebabkan oleh
banyak hal termasuk makanan. Makanan-makanan tertentu dapat bersifat
refluksogenik atau merangsang terjadinya refluks (aliran balik asam
lambung dari lambung ke kerongkongan). Makanan-makanan ini termasuk
makanan pedas, makanan berlemak, makanan manis, roti, alkohol, minuman
bersoda, dan minuman yang mengandung kafein.
Dalam suatu penelitian, mi instan juga
termasuk dalam makanan bersifat refluksogenik. Mi instan dapat memicu
gejala GERD menjadi lebih parah.
Hal ini mungkin disebabkan karena:
- Kandungan karbohidrat yang tinggi dalam mi instan. Dalam penelitian terbaru ditemukan bahwa diet rendah karbohidrat pada penderita GERD secara signifikan mengurangi gejala.
- Penyebab lain diduga adalah karena mi biasanya dibuat dari terigu yang lebih mungkin memicu gejala GERD dari pada nasi.
- Dan terakhir, penyebab yang juga mungkin adalah karena kandungan garam yang tinggi di dalam bumbu mi instan yang merupakan pemicu kuat munculnya gejala GERD.
3. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung dan Lainnya
Sindrom kardio-metabolik adalah suatu rangkaian masalah kesehatan yang menyangkut organ jantung dan pembuluh darah, ginjal, sistem metabolik tubuh, sistem pembekuan darah, dan peradangan. Semua rangkaian masalah kesehatan tersebut merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung pembuluh darah, diabetes tipe 2, stroke, hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi dalam darah. Kondisi ini merupakan faktor risiko kuat untuk berkembangnya penyakit jantung pembuluh darah dan stroke yang parah dan muncul pada usia muda.
Pada sebuah penelitian yang belum lama ini dipublikasi, konsumsi mi instan ≥2 kali dalam seminggu terkait dengan peningkatan kejadian sindrom kardio-metabolik sebesar 68%, dan terutama pada wanita, terlepas dari makanan lain yang mereka konsumsi.
Hal ini mungkin disebabkan karena:
- Wanita memiliki homon seks dan metabolisme yang berbeda dibanding pria.
- Selain itu, kemasan mi instan yang sering dilapisi dengan BPA yang dapat mengganggu keseimbangan estrogen sehingga meningkatkan risiko terjadinya sindrom kardio-metabolik.
Beberapa
penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kaitan antara kanker
lambung dan konsumsi mi instan. Ditemukan bahwa konsumsi mi instan
terkait dengan risiko kanker lambung yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan mi biasa.
Memang sulit ditampik, makanan olah
dewasa ini kebanyakan diduga kuat sebagai pencetus kanker. Seperti
halnya sosis dan daging olahan lainnya. (Baca: Daging Olahan Sebabkan Kanker?)
Selain itu, mi instan juga diyakini
dapat menurunkan kadar gula darah pada orang dewasa yang
mengkonsumsinya.
5. Menurunkan Kadar Gula Darah
Dalam
suatu penelitian, ditemukan bahwa konsumsi mi instan menurunkan glukosa
darah pada orang dewasa sehat jika dibandingkan dengan konsumsi nasi.
Sebenarnya, tidak ada larangan mutlak
untuk mengkonsumsi mi instan. Prinsip utamanya adalah agar mengkonsumsi
makanan secara tidak berlebihan dan bervariasi agar kebutuhan nutrisi
tubuh terpenuhi dengan seimbang. Namun, dengan mengetahui konsekuensi
dari konsumsi mi instan yang berlebihan maka kita dapat semakin cerdas
dan bijaksana dalam memilih variasi makanan yang sehat dan berguna untuk
tubuh.
Sumber:
- Shin HJ, Cho E, Lee HJ, Fung TT, Rimm E, Rosner B, Manson JE, Wheelan K, Hu FB.Instant noodle intake and dietary patterns are associated with distinct cardiometabolic risk factors in Korea.J Nutr. 2014 Aug;144(8):1247-55.
- Castro JP, El-Atat FA, McFarlane SI, Aneja A, Sowers JR.Cardiometabolic syndrome: pathophysiology and treatment.CurrHypertens Rep. 2003 Oct;5(5):393-401.
- Juyeon Park, Jung-Sug Lee, Young Ai Jang, Hae Rang Chung,and Jeongseon Kim. A comparison of food and nutrient intake between instant noodle consumers and non-instant noodle consumers in Korean adults. Nutr Res Pract. Oct 2011; 5(5): 443–449.
- Ji Hyun Song, Su Jin Chung, Jun Haeng Lee, Young-Ho Kim, Dong Kyung Chang, Hee Jung Son, Jae J Kim,JongChul Rhee, and Poong-Lyul Rhee. Relationship BetweenGastroesophageal Reflux Symptoms and Dietary Factors in Korea. J NeurogastroenterolMotil. Jan 2011; 17(1): 54–60.
- Youm PY, Kim SH. A case - control study on dietary and other factors related to stomach cancer incidence. Korean J Nutr. 1998;31:62–71.
- Yoon SK, Kim MA. Glycemic responses of Korean domestic meals and diabetes meals in normal subjects. Korean J Food Nutr. 1998;11:303–311.